Senin, 30 September 2013

My Story

-->
Titik-Titik Hidupku
Satu titik,
Dari situlah aku memulai hariku di sebuah kelas yang semula tak ku kenal yang kemudian diberi nama “Pelajar IPS Siji (PEPSI)”. Tak ada kata-kata yang banyak ku ucap saat itu karna memang aku belum banyak mengenal anggotanya. Sepi, tapi saat itu juga entah kenapa aku mulai meresakan sesuatu yang berbeda dari yang aku dapatkan di kelas X -setitik kebersamaan-.
-Namun setelah kulalui, ternyata semua itu menjerumuskanku pada keegoisan-.
Dua titik,
Beberapa hari berlalu. Aku merasakan sebuah perbedaan yang sungguh berbeda. Aku merasakan sebuah kehangatan, kasih sayang, dan kebersamaan yang lebih dari orang-orang yang semula tak kukenal. Aku tak menyangka bahwa teman-temanku sangat baik kepadaku. Mereka mau menerimaku apa adanya. Bahkan mereka mau datang ke rumahku dan mengatakan bahwa mereka senang di rumahku.
-Canda dan tawapun mulai menghiasi hariku-.
Tiga titik,
Hari itu, aku bisa menikmati hariku bersama mereka. Makan-makan bersama, senang bersama, susah dan lelah karena tugas bersama. Sungguh aku mendapatkan sesuatu yang selama ini belum pernah aku rasakan bersama teman-temanku. Terima kasih teman, kalian sangat berharga bagiku. Semoga kita bisa tetap merasakan kebersaam, meski kita sudah tak satu kelas lagi. Amin.
-Setitik harapan untukku dan PEPSI-
Empat, lima titik,
Di hari itu, aku benar-banar merasakan kesenangan bersama teman-teman. Menikamti tugas yang menumpuk bersama mereka, lelah bersama, sampai aku benar-benar malupakan waktuku, bahkan aku merasa bosan di rumah. Aku malas untuk pulang, karna aku pikir, jika di rumah aku tak kan mendapat kesenangan lagi.
Saat itu, aku merasa ingin terus berada di samping mereka, sibuk bersama mereka dan tertawa bersama mereka. Hingga suatu hari aku merasakan kesepian yang amat dalam di hatiku. Meskipun saat itu teman-temanku sedang tertawa ria, tapi entah mengapa aku merasa bahwa aku kehilangan sesuatu. Sesuatu yang sepertinya amat berharga.
-Pada akhirnya nanti aku tahu semua itu-
Enam, tujuh, delapan titik,
Beberapa hari aku merasa kesepian. Menyendiri memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku tak mendapat jawabannya.
Dan beberapa hari kemudian baru kusadari bahwa selama ini akulah yang menghilang dan menjauh bukan sesuatu itu yang menghilang dariku.
Jawabannya, aku telah mendiamkan keluargaku. Aku tak pernah cerita kepada mereka bagaimana kehidupanku sekarang ini dan juga kehidupanku di sekolah. Aku baru teringat bahwa diriku telah berubah. Dulu aku dekat dengan keluargaku, ibuku, ayahku, sahabatku dan teman-teman di rumah. Dulu aku sering cerita tentang kehidupanku dengan mereka. Dulu aku bisa membagi waktuku antara di sekolah dan di rumah. Dulu aku bisa menyesuaikan diriku dengan lingkungan. Tapi kini, aku merasa jauh dengan mereka, padahal aku tahu mereka di sampingku, aku susah menyesuaikan diriku dengan mereka. Kini aku merasa sendiri. Mungkin karena itu, kini aku lebih suka menyendiri. Aku lebih suka memendan kesedihanku sendiri, bahkan marahpun aku tahan sendiri. Sungguh betapa egoisnya aku.
-Setitik penyesalan mulai menghiasi hidupku-
Titik-titik,
Hingga suatu hari, ibuku mengatakan sesuatu dengan nada sedikit membentak, “kamu sekarang berubah, kamu tak seperti dulu lagi. Sekarang kamu kaya nggak tahu waktu”.
Deg… perkataan itu sungguh menusuk hatiku. Saat itu juga hatiku benar-banar sakit. Tak pernah sedikitpun aku marasa sakit hati hingga sesakit ini. Hari itu juga aku tak bisa tersenyum, aku terdiam dan terus terdiam, meski teman-teman tertawa bersama. Aku terus teringat dengan perkataan itu. Tak sedikitpun kata itu pergi dari pikiranku.
Ya ALLOH. Aku benar-benar menyesali semua ini. Aku tak peduli dengan ibuku. Aku tak peduli dengan ayahku, kakakku, dan sahabatku. Aku seperti tak menganggap mereka itu ada hanya karna kehidupan baru yang ku dapat. Namun, aku juga bersyukur karena Engkau juga masih mengingatkanku. Aku tak bisa membayangkan betapa jauhnya aku dengan orang tuaku jika ku tak menyadari semua ini.
Ayah, Ibu, sahabatku maafkan aku. Beberapa bulan ini aku tak peduli dengan kalian. Aku lupa dengan kalian hanya karena teman-temanku, tugasku dan kesibukanku di ssekolah., tapi sungguh aku masih menyayangi kalian. Aku benar-enar menyesali semua ini. Mulai saat ini aku akan berusaha merubah hidupku untuk mengatur waktuku. Aku akan tunjukkan pada kalian bahwa aku bisa menjadi Fita yang kalian banggakan. Aku akan membahagiakan kalian.
-Harapanku-
Dan aku akan berusaha,
Suatu saat titik-titik itu akan menjadi garis yang terindah dalam hidupku dan menjadi garis yang akan menghiasi hidup orang-orang di sekitarku, khususnya untuk ibuku tersayang. I love you all.


^_phiita ~pushii_^

HAMPA

Telapak kaki tlah menapak
Ruang kelam jauh atmosfer
Mata buta, gelap gulita
Luminisensi tlah berpudar


Paru-paru yang membeku
Oksigen ubah jadi batu
Serbuan aliran darah

Bak jatuhnya Niagara
Jantung yang lemah
Mulai terganti amuba


Meski hidup bak sebatang xerofit
Diam tersipuh di padang pasir
,,,Namun,,,
Semangat kan slalu bangkit
Walau hingga hari akhir



oleh: ^_phiita~pushii_^

PERILAKU KEORGANISASIAN



PERILAKU KEORGANISASIAN
Persepsi dan Pengambilan Keputusan

ANGGOTA KELOMPOK:
1.     SISKA NURMAYASARI (125020300111112)
2.     FITA ISHFAH A’INI (125020301111007)
3.     WILLMAN FOGATI ZEBUA (125020304111002)



UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2013






Persepsi dan Pengambilan Keputusan
A.  Definisi Persepsi
Persepsi  adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari lingkungan. Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
B.  Faktor yang mempengaruhi Persepsi
  1. Pelaku persepsi (Characteristics of the perceiver)
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain, dls, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
  1. Target (Characteristics of the perceived)
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa.
  1. Situasi ( Situation Context)
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan perbedaan kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Perhatian seseorang pada stimulasi itu tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.
C.  Beberapa Teori Persepsi: Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain
·      Teori Atribusi
Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka mempunyai keyakinan, maksud, dan motif-motif di dalam dirinya. Namun persepsi kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dls, akan berbeda karena mereka adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal). Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada tiga faktor :
§  Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
§  Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi dengan cara yang sama.
§  Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
bagan teori Atribusi :





·      Jalan Pintas Persepsi
Dalam menilai stimulus atau objek, menggunakan pola tertentu yang berbeda, menggunakan pola untuk membuat kesimpulan tentan arti dari objek atau stimulasi disebut jalan pintas persepsi.
Pola tersebut antara lain:
·         Persepsi Selektif: Menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang.
·         Efek Halo: Membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu berdasarkan sebuah karakteristik.
·         Efek-efek kontras: Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama.
·         Proyeksi: Menghubungkan karakateristik-karakteristik diri sendiri dengan individu lain.
·         Pembentukaan Stereotip: menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok di mana ia tergabung.
D.  Penerapan Persepsi dalam Organisasi
Persepsi memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang selalu saling menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :
·      Wawancara karyawan 
Bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat penilaian perseptual yang tidak akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat hal-hal yang berlainan dalam diri seorang calon yang sama. Jika wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual mempengaruhi siapa yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu organisasi.
·      Pengharapan kinerja
Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya untuk mensahihkan persepsi mereka mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru. Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok orang akan menentukan perilaku kita.. Misalnay manager memperkirakan orang akan berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk memenuhi ekspektasi rendah ini.
·      Evaluasi kinerja
Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada  proses perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.
·      Upaya karyawan
Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai sangat penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distorsi-distorsi dan prasangka (bias) perseptual.
·      Kesetiaan karyawan
Pertimbangan lain yang sering dilakukan manager terhadap karyawan adalah apakah karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi. Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan tersebut bersifat pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan tak etis dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada organisasi ataupun sebagai pengacau.
·      Pembentukkan Profil
Pembentukkan stereotip dimana satu kelompok individu dipilih biasanya berdasarkan ras atau etnis untuk penyelidikan intensif, inspeksi ketat atau investigasi
E.  Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oleh managernya.
F.   Pengambilan Keputusan
Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui satu pemilihan alternatif dari berbagai alternatif. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari berbagai alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.
G. Proses Pengambilan Keputusan
Pengambil keputusan yang optimal adalah rasional. Artinya dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Terdapat asumsi-asumsi khusus yang mendasari model ini. Asumsi tersebut yaitu :
a)    Model Rasional
Enam langkah dalam model pengambilan keputusan rasional diurutkan sebagai berikut :


  • Tetapkan masalah
  • Identifikasikan criteria keputusan
  • Alokasikan bobot pada criteria
  • Kembangkan Alternatif
  • Evaluasi alternatif
  • Pilihlah alternatif terbaik


b) Asumsi Model
Model pengambilan keputusan rasional yang baru saja digambarkan mengandung sejumlah asumsi sebagai berikut :


  • Kejelasan masalah
  • Pilihan-pilihan diketahui
  • Pilihan yang jelas
  • Pilihan yang konstan
  • Tidak ada batasan waktu atau biaya


  • Pelunasan maksimum

H.  Meningkatkan Kreativitas Dalam Pengambilan Keputusan
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain.
a.    Potensial Kreatif
Kebanyakan orang mempunyai potensial kreatif yang dapat mereka gunakan bila dikonfrontasikan dengan sebuah masalh pengambilan keputusan. Namun untuk melepaskan potensial tersebut, mereka harus keluar dari kebiasaan psikologis yang kebanyakan dari kita terlibat di dalamnya dan belajar begaimana berpikir tentang satu maslah dengan cara yang berlainan.
b.  Model Kreatifitas Tiga Komponen
Model ini mengemukakan bahwa kreativitas individual pada hakikatnya menuntut keahlian, keterampilan berpikir kreatif, dan motivasi tugas intrinsic. Semakin tinggi tingkat dari masing-masing ketig kompoen ini semakin tinggi kretivitasnya. Keahlian adalah landasan bagi semua kerja kretif. Komponen kedua adalah keterampilan berpikir kreatif, sedangkan komponen terakhir dalah motivasi tugas intrinsic.

I.     Praktek Pengembalian Keputusan dalam organisasi
a.    Rasionalitas Terbatas
Yaitu para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun model-model yang disederhanakan yang menyuling cirri-ciri hakiki dari masalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Aspek yng menarik dari rasionalitas terbatas ini adalah bahwa urutan di mana alternatif-alternatif dipertimbangkan bersifat kritis dalam menentukan alternatif mana yang dipilih.
b.   Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif seperti yang digunakan oleh Joe Garcia baru-baru ini muncul dan disegani. Ada sejumlah cara untuk mengkonseptualkan  intuisi. Pengambilan keputusan secara intuitif sebagai suatu proses tak sadar yang dicipakan dari dalam pengalaman yang tersaring.
c.    Identifikasi Masalah
Masalah-msalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih yang lebih tinggi disbanding masalh-masalah yang penting. Kita dapat menawarkan sekuarang-kurangnya 2 alasan. Pertama, mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak. Kedua, perlu diingat bahwa kita prihatin dengan pengambilan keputusan dalam organisasi.
d.   Pengembangan Alternatif
Karena pengambil keputusan jarang mencri suatu pemecahan optimum, melainkan yang agak memuaskan, kami berharap untuk menemukan suatu penggunaan minimal atas kreativitas dalam mencari alternatif-alternatif.
e.    Membuat Pilihan
Untuk menghinhari informasi yag terlalu sarat, para pengambil keputusan mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua macam heuristik yaitu :
  • Heuristik ketersediaan, kecenderungan bagi orang-orang untuk mendasarkan penilain pada informasi yang sudah ada di tangan mereka.
  • Heuristik representatif, menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik analogi dan meliha situasi identik di mana sebenarnya tidak identik.
  • Peningkatan komitmen, suatu peningkatan komitmen pada suatu keputusan sebelumnya meskipun ada informasi negatif.
f. Perbedaan karakteristik individu akan mempengaruhi gaya pengambilan keputusan
Riset terhadap gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Keempat pendekatan ini meliputi Analitis, Konseptual, Direktil, dan Behavioral. Selain meberikan satu kerangka untul melihat perbedaan-perbedaan individual, gaya pengambilan keputusan dapat bermanfaat untuk membantu anda memahami bagaiman dua orang yang tingkat intelegensinya sama, degan mengakseske informasi yang sama, dapat berbeda dalam cara-cara mereka melakukan pendekatan dalam keputusan dan pilihan terakhir yang mereka ambil.
Direktif
*Rasional-toleransi rendah.
*Efisien (informasi minimal), dan logis.
*Mengambil keputusan dengan cepat,berorientasi jangka pendek.
Analitik
*Rasional-toleransi tinggi.
*Lebih banyak informasi dan alternatif.
*Pengambilan keputusan cermat.
Konseptual
*Intuitif-toleransi tinggi.
*Pandangannya sangat luas dan mempertimbangkan banyak alternatif.
*Orientasi jangka panjang dan mampu menemukan solusi kreatif.
Perilaku
*Intutif-toleransi rendah.
*Pengambil keputusan dapat bekerja baik dengan yang lain.
*Memperhatikan kinerja rekan kerja dan bawahan, resptif terhadap usulan-usulan, mengedepankan komunikasi,menghindari konflik,dan mengupaya- kan penerimaan.
(Catatan)
*Tiap manajer memiliki lebih dari satu karakteristik, tetapi memiliki gaya yang dominan, dan yang sebagai penunjang.
*Manajer yang luwes dapat menyesuaikan gayanya dengan situasi.
*Dua orang yang intelegensinya sama dan mengakses pada informasi yang sama, dapat berbeda dalam pendekatan pengambilan keputusan.

J.      Hambatan Organisasional
Orgaisasi sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan.
  1. Evaluasi Kinerja, para manajer sangat dipengaruhi dalam pengambilan keputusan mereka oleh criteria yang mereka gunakan untuk mengevaluasi.
  2. Sistem Imbalan, mempengaruhi pengambil keputusan dengan mengemukakan terhadap mereka pilihan apa yang lebih disukai mengenai upah.
  3. Pembatasan waktu yang menentukan system, organisasi menentukan tenggat waktu atas keputusan-keputusan.
  4. Perseden Historis, keputusan tidak diambil dalam keadaan vakum. Keputusan selalu ada dalam konteks. Keputusan yang diambil di masa lalu adalah hantu yang terus-menerus membayangi pilihan terakhir.
K.    Perbedaan Budaya
Model rasional tidak membut pengakuan akan perbedaan budaya. Kita perlu mengakui bahwa latar belakang budy dari pengambil keputusan dapat membawa pengaruh yang besar terhadap seleksi masalahnya, kedalaman analitis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan rasionalitas, atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil secara otokratis oleh seorang manajer individual atau secara kolektif dalam kelompok.
L.     Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Pertimbangan etis merupakan suatu criteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasioanal. Tiga cara yang berlainan untuk membuat kerangka keputusan dan memeriksa faktor yang membentuk perilaku pengambilan keputusan etis. Tiga criteria keputusan etis tersebut yaitu :
  1. Kriteria Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau konsekuensi mereka. Pada kriteria ini mendorong efisiensi dan produktivitas, tetapi dapat mengakibatkan pengabaian hak dari beberapa individu.
  2. Kriteria menekankan pada hak, mempersilahkan individu untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar. Penggunaan hak sebagai kriteria dapat memberikan kebebasan dan perlindungan kepada individu, tetapi dapat merintangi efisiensi dan produktivitas.
  3. terwakili dan yang kurang berkuasa, tetapi kriterian ini dapat mendorong kepemilikian yang akan mengurangi pengambilan risiko, inovasi, dan produktivitas.
M.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis
    Tahap perkembangan moral
Yaitu suatu penilaian terhadap kapasitas seseorang untuk menimbang yang secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seseorang makin kurang bergantung pada pengaruh-pengaruh luar dan makin cenderung berperilaku etis.
    Lingkungan Organisasional
 orang-orang yang kekurangan rasa moral yang kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tidak etis jika mereka dihambat oleh lingkungan organisasional yang tidak menyukai perilaku semacam itu, sebaliknya individu yang sangat berbudi dapat dicemari oleh suatu lingkungan organisasional yang mengijinkan atau mendorong prakte-praktek tak etis
    Tempat Kedudukan Kendali (Locus of Control),
 merupakan karakteristik kepribadian yang mengukur sejauh mana orang meyakini bahwa mereka bertanggung jawab untuk peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka
§  LOC Internal, lebih mengandalkan pada standar internal mereka sendiri mengenai benar atau salah untuk memandu perilaku mereka.
§  LOC Eksternal, lebih kecil kemungkinannya untuk memikul tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari perilaku mereka dan lebih besar kemungkinan untuk mengandalkan pengaruh-pengaruh eksternal.
Tiga Kriteria Keputusan Etis
1.         Utiliteranisme : Keputusan dibuat untuk memberikan manfaat yang terbesar bagi jumlah yang terbesar. Dan ini konsisten dengan tujuan-tujuan  efisiensi, produktifitas dan laba tinggi. Misal ; Outsourcing, relokasi perusahaan.
2.         Hak : Keputusan individu atas dasar hak individu mereka. Misal : pengungkapan masalah perusahaan terhadap pihak luar.
3.         Keadilan:
Aturan-aturan harus adil dan tidak berat sebelah (missal : upah sama untuk pekerjaan yang sama).
N.    Etika Dan Budaya Nasional
Walaupun standar etik tampaknya mendua ari di duni barat, criteria yang menetapkan salah dan benar sesungguhnya jauh lebih jelas di Barat daripada di Asia. Kebutuhan bagi organisasi global untuk menetapkan prinsip-prinsip etika bagi para pengambil keputusan di negara-negara seperti India dan Kanada mungkin menjadi penting jika standar tinggi ditegakkan dan jika praktik-praktik yang konsisten harus dipakai







KESIMPULAN
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan.
Teori persepsi; persepsi yang diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap objek mati, terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan cara membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah teori atribusi:teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku individu dan mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Dari hasil riset setiap indivdu berbeda dalam mengambil keputusan melalui pendekatan yaitu; analitis, direktif, konseptual dan perilaku. 
Selain dari empat pendekatan tersebut, terdapat juga latar belakang budaya yang mempengaruhi persepsi individu dalam membuat keputusan.