PERILAKU KEORGANISASIAN
Persepsi dan Pengambilan Keputusan
ANGGOTA KELOMPOK:
1. SISKA NURMAYASARI (125020300111112)
2.
FITA ISHFAH A’INI (125020301111007)
3. WILLMAN FOGATI ZEBUA (125020304111002)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2013
Persepsi dan Pengambilan Keputusan
A.
Definisi
Persepsi
Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang melakukan
pemilihan, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi
yang diterimanya dari lingkungan.
Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam
memahami informasi tentang lingkungannya.
Ada pendapat
lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu
proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan
indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan
persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku
orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas
itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku
organisasi.
B.
Faktor
yang mempengaruhi Persepsi
- Pelaku persepsi (Characteristics of the perceiver)
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang
dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri,
diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu
dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-contoh seperti
seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada
seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit
mencurahkan perhatian untuk orang lain, dls, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi
oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk
memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa
memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
- Target (Characteristics of the perceived)
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran,
dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya.
Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang
yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama
pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam
seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga
yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin yang sama,
cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa.
- Situasi ( Situation Context)
Situasi juga
berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas
lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di
mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para
lelaki akan memandangnya.
Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi
oleh perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan perbedaan kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti
pada stimulasi tersebut. Perhatian
seseorang pada
stimulasi itu tidak dapat
menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja yaitu yang dianggap
penting bagi dirinya.
C.
Beberapa Teori Persepsi: Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain
· Teori Atribusi
Pada dasarnya
mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan
apakah itu disebabkan faktor internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi
kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena
sebagai manusia mereka mempunyai keyakinan, maksud, dan motif-motif di dalam dirinya. Namun
persepsi kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dls, akan berbeda
karena mereka adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal).
Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal
bergantung pada tiga faktor :
§ Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan
dalam situasi yang berlainan.
§ Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi
dengan cara yang sama.
§ Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke
waktu.
Salah satu penemuan
yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka (bias,
sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti
mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan
melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan
seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada
akibat kalah saing dari produk pesaing.
bagan teori Atribusi :
·
Jalan Pintas Persepsi
Dalam menilai stimulus atau objek, menggunakan pola tertentu yang berbeda,
menggunakan pola untuk membuat kesimpulan tentan arti dari objek atau stimulasi
disebut jalan pintas persepsi.
Pola tersebut antara lain:
·
Persepsi Selektif: Menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat
seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang.
·
Efek Halo: Membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu
berdasarkan sebuah karakteristik.
·
Efek-efek kontras:
Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapat
nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang
sama.
·
Proyeksi: Menghubungkan karakateristik-karakteristik diri sendiri dengan
individu lain.
·
Pembentukaan Stereotip: menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang
kelompok di mana ia tergabung.
D. Penerapan Persepsi dalam
Organisasi
Persepsi memiliki
banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang selalu saling
menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :
·
Wawancara karyawan
Bukti menunjukkan bahwa
wawancara sering membuat penilaian perseptual yang tidak akurat. Pewawancara
yang berlainan akan melihat hal-hal yang berlainan dalam diri seorang calon
yang sama. Jika wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan
mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual
mempengaruhi siapa yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari
angkatan kerja suatu organisasi.
·
Pengharapan kinerja
Bukti menunjukkan bahwa
orang akan berupaya untuk mensahihkan persepsi mereka mengenai realitas, bahkan
jika persepsi tersebut keliru. Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok
orang akan menentukan perilaku kita.. Misalnay manager memperkirakan orang akan
berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk memenuhi
ekspektasi rendah ini.
·
Evaluasi kinerja
Penilaian kinerja
seorang karyawan sangat bergantung pada proses perseptual. Walaupun
penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif.
Ukuran subjektif adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu
kesan umum mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi
hasil penilaian tersebut.
·
Upaya karyawan
Dalam banyak
organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai sangat penting, jadi bukan
hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu
pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distorsi-distorsi dan prasangka
(bias) perseptual.
·
Kesetiaan karyawan
Pertimbangan lain yang
sering dilakukan manager terhadap karyawan adalah apakah karyawan tersebut setia
atau tidak kepada organisasi. Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan
tersebut bersifat pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan
tak etis dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada
organisasi ataupun sebagai pengacau.
·
Pembentukkan Profil
Pembentukkan stereotip dimana satu kelompok individu dipilih biasanya
berdasarkan ras atau etnis untuk penyelidikan intensif, inspeksi ketat atau
investigasi
E. Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Pengambilan kuputusan
individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang
penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi
mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh
persepsi mereka.
Pengambilan keputusan
terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu
penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang
diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang
manager suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak
memuaskan, namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oleh managernya.
F. Pengambilan Keputusan
Keputusan merupakan
suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui satu
pemilihan alternatif dari berbagai alternatif. Pengambilan keputusan adalah
suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari berbagai alternatif secara
sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan
masalah.
G. Proses Pengambilan Keputusan
Pengambil keputusan
yang optimal adalah rasional. Artinya dia membuat pilihan memaksimalkan nilai
yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Terdapat asumsi-asumsi khusus yang
mendasari model ini. Asumsi tersebut yaitu :
a) Model Rasional
Enam langkah dalam
model pengambilan keputusan rasional diurutkan sebagai berikut :
- Tetapkan masalah
- Identifikasikan criteria keputusan
- Alokasikan bobot pada criteria
- Kembangkan Alternatif
- Evaluasi alternatif
- Pilihlah alternatif terbaik
b) Asumsi Model
Model pengambilan keputusan rasional yang baru saja digambarkan mengandung
sejumlah asumsi sebagai berikut :
- Kejelasan masalah
- Pilihan-pilihan diketahui
- Pilihan yang jelas
- Pilihan yang konstan
- Tidak ada batasan waktu atau biaya
H. Meningkatkan
Kreativitas Dalam Pengambilan Keputusan
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal ini
memungkinkan pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami
masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain.
a. Potensial Kreatif
Kebanyakan orang mempunyai potensial
kreatif yang dapat mereka gunakan bila dikonfrontasikan dengan sebuah masalh
pengambilan keputusan. Namun untuk melepaskan potensial tersebut, mereka harus
keluar dari kebiasaan psikologis yang kebanyakan dari kita terlibat di dalamnya
dan belajar begaimana berpikir tentang satu maslah dengan cara yang berlainan.
b. Model Kreatifitas Tiga Komponen
Model ini mengemukakan bahwa
kreativitas individual pada hakikatnya menuntut keahlian, keterampilan berpikir
kreatif, dan motivasi tugas intrinsic. Semakin tinggi tingkat dari
masing-masing ketig kompoen ini semakin tinggi kretivitasnya. Keahlian adalah
landasan bagi semua kerja kretif. Komponen kedua adalah keterampilan berpikir
kreatif, sedangkan komponen terakhir dalah motivasi tugas intrinsic.
I. Praktek Pengembalian Keputusan dalam organisasi
a. Rasionalitas Terbatas
Yaitu para individu
mengambil keputusan dengan merancang bangun model-model yang disederhanakan
yang menyuling cirri-ciri hakiki dari masalah tanpa menangkap semua
kerumitannya. Aspek yng menarik dari rasionalitas terbatas ini adalah bahwa
urutan di mana alternatif-alternatif dipertimbangkan bersifat kritis dalam
menentukan alternatif mana yang dipilih.
b. Intuisi
Pengambilan keputusan
intuitif seperti yang digunakan oleh Joe Garcia baru-baru ini muncul dan
disegani. Ada sejumlah cara untuk mengkonseptualkan intuisi. Pengambilan
keputusan secara intuitif sebagai suatu proses tak sadar yang dicipakan dari
dalam pengalaman yang tersaring.
c. Identifikasi Masalah
Masalah-msalah yang
tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih yang lebih tinggi disbanding
masalh-masalah yang penting. Kita dapat menawarkan sekuarang-kurangnya 2
alasan. Pertama, mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak. Kedua,
perlu diingat bahwa kita prihatin dengan pengambilan keputusan dalam
organisasi.
d. Pengembangan Alternatif
Karena pengambil
keputusan jarang mencri suatu pemecahan optimum, melainkan yang agak memuaskan,
kami berharap untuk menemukan suatu penggunaan minimal atas kreativitas dalam
mencari alternatif-alternatif.
e. Membuat Pilihan
Untuk menghinhari informasi
yag terlalu sarat, para pengambil keputusan mengandalkan heuristik atau jalan
pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua macam heuristik
yaitu :
- Heuristik ketersediaan, kecenderungan bagi orang-orang untuk
mendasarkan penilain pada informasi yang sudah ada di tangan mereka.
- Heuristik representatif, menilai kemungkinan dari suatu kejadian
dengan menarik analogi dan meliha situasi identik di mana sebenarnya tidak
identik.
- Peningkatan komitmen, suatu peningkatan komitmen pada suatu keputusan
sebelumnya meskipun ada informasi negatif.
f. Perbedaan karakteristik individu akan mempengaruhi gaya pengambilan
keputusan
Riset terhadap gaya
pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan individual yang
berbeda terhadap pengambilan keputusan. Keempat pendekatan ini meliputi
Analitis, Konseptual, Direktil, dan Behavioral. Selain meberikan satu kerangka
untul melihat perbedaan-perbedaan individual, gaya pengambilan keputusan dapat
bermanfaat untuk membantu anda memahami bagaiman dua orang yang tingkat
intelegensinya sama, degan mengakseske informasi yang sama, dapat berbeda dalam
cara-cara mereka melakukan pendekatan dalam keputusan dan pilihan terakhir yang
mereka ambil.
Direktif
|
*Rasional-toleransi
rendah.
*Efisien (informasi
minimal), dan logis.
*Mengambil keputusan
dengan cepat,berorientasi jangka pendek.
|
Analitik
|
*Rasional-toleransi
tinggi.
*Lebih banyak
informasi dan alternatif.
*Pengambilan
keputusan cermat.
|
Konseptual
|
*Intuitif-toleransi
tinggi.
*Pandangannya sangat
luas dan mempertimbangkan banyak alternatif.
*Orientasi jangka
panjang dan mampu menemukan solusi kreatif.
|
Perilaku
|
*Intutif-toleransi
rendah.
*Pengambil keputusan
dapat bekerja baik dengan yang lain.
*Memperhatikan
kinerja rekan kerja dan bawahan, resptif terhadap usulan-usulan,
mengedepankan komunikasi,menghindari konflik,dan mengupaya- kan
penerimaan.
|
(Catatan)
|
*Tiap manajer
memiliki lebih dari satu karakteristik, tetapi memiliki gaya yang dominan,
dan yang sebagai penunjang.
*Manajer yang luwes
dapat menyesuaikan gayanya dengan situasi.
*Dua orang yang
intelegensinya sama dan mengakses pada informasi yang sama, dapat berbeda
dalam pendekatan pengambilan keputusan.
|
J. Hambatan Organisasional
Orgaisasi sendiri
merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan.
- Evaluasi Kinerja, para manajer sangat dipengaruhi dalam pengambilan
keputusan mereka oleh criteria yang mereka gunakan untuk mengevaluasi.
- Sistem Imbalan, mempengaruhi pengambil keputusan dengan mengemukakan
terhadap mereka pilihan apa yang lebih disukai mengenai upah.
- Pembatasan waktu yang menentukan system, organisasi menentukan tenggat
waktu atas keputusan-keputusan.
- Perseden Historis, keputusan tidak diambil dalam keadaan vakum.
Keputusan selalu ada dalam konteks. Keputusan yang diambil di masa lalu
adalah hantu yang terus-menerus membayangi pilihan terakhir.
K. Perbedaan Budaya
Model rasional tidak membut pengakuan
akan perbedaan budaya. Kita perlu mengakui bahwa latar belakang budy dari
pengambil keputusan dapat membawa pengaruh yang besar terhadap seleksi
masalahnya, kedalaman analitis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan
rasionalitas, atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil secara
otokratis oleh seorang manajer individual atau secara kolektif dalam kelompok.
L. Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Pertimbangan etis
merupakan suatu criteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasioanal.
Tiga cara yang berlainan untuk membuat kerangka keputusan dan memeriksa faktor yang
membentuk perilaku pengambilan keputusan etis. Tiga criteria keputusan etis
tersebut yaitu :
- Kriteria Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau konsekuensi
mereka. Pada kriteria ini mendorong efisiensi dan produktivitas, tetapi dapat mengakibatkan
pengabaian hak dari beberapa individu.
- Kriteria menekankan pada hak, mempersilahkan individu untuk mengambil
keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar. Penggunaan hak sebagai kriteria dapat memberikan kebebasan dan
perlindungan kepada individu, tetapi dapat merintangi efisiensi dan
produktivitas.
- terwakili dan yang kurang berkuasa, tetapi kriterian ini dapat
mendorong kepemilikian yang akan mengurangi pengambilan risiko, inovasi,
dan produktivitas.
M.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis
– Tahap perkembangan moral
Yaitu suatu penilaian terhadap kapasitas seseorang
untuk menimbang yang secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral
seseorang makin kurang bergantung pada pengaruh-pengaruh luar dan makin
cenderung berperilaku etis.
– Lingkungan Organisasional
orang-orang yang kekurangan rasa moral yang
kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tidak
etis jika mereka dihambat oleh lingkungan organisasional yang tidak menyukai
perilaku semacam itu, sebaliknya individu yang sangat berbudi dapat dicemari
oleh suatu lingkungan organisasional yang mengijinkan atau mendorong
prakte-praktek tak etis
– Tempat Kedudukan Kendali (Locus of Control),
merupakan karakteristik kepribadian
yang mengukur sejauh mana orang meyakini bahwa mereka bertanggung jawab untuk
peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka
§ LOC Internal, lebih mengandalkan pada standar
internal mereka sendiri mengenai benar atau salah untuk memandu perilaku mereka.
§ LOC Eksternal, lebih kecil kemungkinannya untuk memikul tanggung jawab atas
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku mereka dan lebih besar kemungkinan untuk
mengandalkan pengaruh-pengaruh eksternal.
Tiga
Kriteria Keputusan Etis
1.
Utiliteranisme : Keputusan dibuat untuk memberikan manfaat yang terbesar bagi
jumlah yang terbesar. Dan ini konsisten dengan
tujuan-tujuan efisiensi, produktifitas
dan laba tinggi. Misal ; Outsourcing, relokasi perusahaan.
2.
Hak : Keputusan individu atas dasar hak individu mereka. Misal : pengungkapan masalah perusahaan terhadap pihak luar.
3.
Keadilan:
Aturan-aturan
harus adil dan tidak berat sebelah (missal : upah sama untuk pekerjaan yang
sama).
N. Etika Dan Budaya Nasional
Walaupun standar etik tampaknya mendua ari di duni barat, criteria yang
menetapkan salah dan benar sesungguhnya jauh lebih jelas di Barat daripada di
Asia. Kebutuhan bagi organisasi global untuk menetapkan prinsip-prinsip etika
bagi para pengambil keputusan di negara-negara seperti India dan Kanada mungkin
menjadi penting jika standar tinggi ditegakkan dan jika praktik-praktik yang
konsisten harus dipakai
KESIMPULAN
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap
individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka.
Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan
berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat.
Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap,
kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan.
Teori persepsi; persepsi yang diberikan terhadap orang
akan berbeda dengan persepsi terhadap objek mati, terdapat beberapa teori yang
dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan cara membuat penilaian mengenai
orang lain atau persepsi orang adalah teori atribusi:teori yang mengarahkan
bagaimana kita mengamati perilaku individu dan mencoba menentukan apakah
masalah tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah
bahwa ada kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang
menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita
cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh
faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih
dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari
produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang
memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan
memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik
ini akan menceburkan kita dalam kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena itu,
pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila
teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah
maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi.
Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas
dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Dari hasil riset setiap indivdu berbeda dalam
mengambil keputusan melalui pendekatan yaitu; analitis, direktif, konseptual
dan perilaku.
Selain dari empat pendekatan tersebut, terdapat juga
latar belakang budaya yang mempengaruhi persepsi individu dalam membuat
keputusan.